Pengalaman pertama saya mendapat rupiah hasil usaha saya
sendiri sebenarnya sudah saya rasakan sejak kecil karena dulu saat saya kecil,
saya sering membantu saudara saya menjaga warung (kios kecil)-nya, dan setelah
itu saya pasti diberi uang (red. Upah) hasil menjaga warung. Memang tidak
seberapa tapi untuk anak kecil jaman itu, uang tersebut cukup menghibur saya
karena saya jadi bisa membeli mainan yang saya inginkan.
Beranjak SMA, saya mulai memikirkan untuk menjadi entrepreneur
muda. Banyak ide yang muncul dalam pikiran saya, ingin jualan baju, jualan
makanan (waktu itu maunya cokelat yang dibentuk-bentuk), jualan asesoris dan
lain-lain. Tapi setelah saya menyiapkan semua hal yang saya akan jual, saya
gagal dalam pemasarannya karena dalam diri saya masih belum ada kepercayaan
diri untuk menyuarakan apa yang akan saya jual. Hingga pada akhirnya semua
barang yang saya jual saya konsumsi sendiri atau dengan kata lain, saya gagal
mencoba menjadi entrepreneur muda.
Mulai masa awal kuliah, keinginan itu datang kembali,
berhubung uang kiriman tidak begitu mencukupi jika ditambahkan ‘keinginan’
(red. Shopping) di dalam list pemakaiannya. Saya terus berpikir, apakah saya
bekerja part-time saja? Apa saya jualan saja?
Saya terus berpikir. Kadang terpikir untuk jualan online,
tapi... saya takut tidak ada yang percaya dengan online shop saya. Kadang juga
terpikir untuk jualan pulsa, tapi... balik lagi, saya masih belum punya cukup
keberanian menyuarakan jualan saya. Saya bingung.
Hingga akhirnya saat out-bond SEAMOLEC, saya mendapat
tantangan untuk menjual sebuah pulpen seharga... entah, kalau dari hitungan
matematika saya, pulpen itu tidak ada seribu rupiah sama sekali. Minimal saya
harus menjual pulpen itu Rp. 10.000,- bahkan kalau bisa mengalahkan mahasiswa
di Yogya yang bisa menjual pulpen tersebut seharga Rp. 200.000,-. Awalnya saya
malas, malah terpikir untuk berbohong dengan menjualnya ke diri sendiri tapi
saat saya melihat mahasiswa lain dapat menjual pulpen tersebut walaupun tidak
sesuai target, saya menjadi tertantang dan mulai memberanikan diri untuk
menjual pulpen tersebut.
Saya langkahkan kaki saya ke sebuah rumah yang saat itu
sedang ramai karena penghuninya sedang makan bersama diteras rumah. Saya coba
tawarkan pulpen saya dengan jantung berdetak kencang dan darah naik ke atas
kepala. Saya saat itu bingung apa yang harus dikatakan, yang saya ingat saya
menjual pulpen tersebut dengan alasan/tujuan untuk menumbuhkan jiwa
entrepreneur saya dan keberanian saya. Lalu dengan senyum mengembang, bapak
dari rumah itu mengeluarkan selembar uang kertas pecahan lima ribuan dan
mengambil pulpen saya.
Saya benar-benar merasa puas! Meskipun harganya tidak
sesuai target tapi saya telah berhasil mengalahkan ketakutan saya, saya merasa
sangat berterimakasih kepada bapak itu karena beliau telah memberikan
kepercayaan terhadap apa yang saya jual.
Setelah mengucapkan terima kasih saya kembali berkumpul
dengan mahasiswa yang lain di kampus. Kami saling bercerita tentang pengalaman
kami, ada yang ditolak dan bahkan tidak diacuhkan. Saat mendengarkan
teman-teman saya yang bercerita begitu, saya semakin bersyukur karena percobaan
pertama saya tadi langsung berhasil, bayangkan jika saya tadi tolak?
Kepercayaan saya akan hancur tak akan bisa dibangun kembali.
Begitulah cerita
pengalam mendapatkan rupiah pertama saya. Meskipun agak simple tapi begitulah
adanya. Nah, gimana dengan kamu? Apa kamu sudah pernah merasakan sensasi
mendapatkan rupiah pertama juga? Ayo coba! J

Tidak ada komentar:
Posting Komentar